Kamis, 15 Januari 2009

Meneladani Ummahatul Mu’minin:

Upaya menuju Muslim Muslimah sejati

Mukaddimah
Alhamdulillah kita masih diberi nikmat oleh Allah, kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadlan, Syahrullah, syahrul qur’an, syahrunnajah. Bulan dimana Allah menjanjikan sepertiga pertamanya merupakan rahmat, sepertiga keduanya maghfirah dan sepertiga terakhir bebas dari api neraka. Bulan dimana Allah mengadakan diskon besar-besaran bagi hambanya, sehingga amal kebaikan dibalas 70 kali lipat. Bulan dimana di dalamnya ada lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana pada malam tersebut al qur’an diturunkan pertama kali kepada Rasulullah. Bulan dimana pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup dan syeitan-syeitan dibelenggu. Bulan dimana berlangsung di dalamnya moment-moment besar dalam sejarah Islam, perang Badar, Fathu makkah, dan ekspansi Andalus berlangsung dalam bulan Ramadlan. Begitu banyak keistimewaan bulan Ramadlan, sehingga Rasulullah bersabda: “Andai manusia tahu begitu banyak keutamaan bulan Ramadlan, niscaya mereka akan berharap sepanjang tahun adalah Ramadlan.”

Jama’ah taraweh yang dimuliakan Allah…
Sesuai dengan permintaan Panitia, pada kesempatan ini kita akan berbagi ilmu dan sharing informasi mengenai akhlak para istri Rasulullah SAW, Ummahatul Mu’minin.
Mereka bukan sembarang wanita, mereka adalah wanita pilihan Allah. Dalam QS. Al Ahzab: 32, Allah berfirman: “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain”. Oleh karenanya marilah dalam 15 menit ke depan, bersama-sama kita melihat lebih dekat para ibu kita sehingga kita bisa meneladani mereka, mudah-mudahan dengan demikian kita dapat bersama mereka di surga yang sudah Allah janjikan untuk mereka.

Taat dalam ibadah dan melaksanakan perintah Allah
Jama’ah taraweh yang berbahagia….
Ummahatul Mu’minin adalah teladan bagi kaum Muslim dalam beribadah. Lihat saja sayidah ‘Aisyah, beberapa riwayat menegaskan bahwa ia berpuasa sepanjang tahun kecuali di hari Ied. Ia tidak pernah meninggalkan sholat malam dan sholat dhuha. Demikian juga dengan Ummuna Hafshoh, cukup sebagai bukti kesaksian Jibril terhadapnya, “Sesungguhnya ia (Hafshoh) selalu puasa dan melaksanakan sholat malam.” Apa yang dilakukan Ummuna Zainab binti Jahsy sangat unik, agar dia bisa melakukan sholat sepanjang malam ia bentangkan tali di antara dua tiang, agar saat kelelahan ia bisa berpegangan kepada tali tersebut. Ketika Rasulullah mengetahuinya, ia bersabda: “Barang siapa yang hendak sholat, maka sholatlah sesuai kemampuannya, apabila lelah berdiri maka duduklah.”
Selain ibadah yang sifatnya ritual, para ummahatul mu’minin juga sangat detail dan hati-hati dalam melaksanakan perintah Allah. Dalam menutup aurat misalnya, sayidah Hafshoh segera menggunakan jilbabnya, ketika Rasulullah mendatanginya setelah menjatuhkan talak satu. Karena jika Rasulullah tidak merujuknya, maka Rasulullah adalah orang asing (ajnabi)baginya.
Demikian pula dengan Sayyidah ‘Aisyah, setelah Umar bin Khattab wafat dan dikuburkan di dalam kamarnya di sisi makam Rasulullah dan Abu Bakar, ia tidak pernah lagi melepaskan pakaiannya di kamar tersebut. Mengapa? karena ia malu terhadap Umar yang bukan muhrimnya, padahal Umar telah mati.
Berbeda dengan wanita zaman sekarang, jangankan dengan seonggok mayat, dengan orang yang masih hiduppun tidak ada malunya. Bahkan merasa bangga apabila keelokan tubuhnya dapat dinikmati mahluk lain jenis. Ironisnya, banyak sekali di antara saudari seiman kita yang salah kaprah dalam mengiplementasikan perintah Allah dalam menutup aurat; beramai-ramai menutup rambut dengan jilbab, sementara dengan gerakan sedikit saja puser jadi terlihat. Berjilbab, tapi setiap lekukan tubuh tercetak nyata di balik baju ketatnya. Padahal Rasulullah saw. tegas-tegas bersabda: “Sesungguhnya di antara ahli neraka adalah wanita yang berpakaian tapi sebenarnya mereka telanjang. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan pula mencium baunya, padahal baunya tercium dari jarak yang sangat jauh.”
Oleh karena itu Saudari-saudariku, berhati-hatilah dalam memilih pakaian. Silakan ikuti mode terkini, tapi jangan melupakan batasan-batasan syar’i. Marilah kita tauladani para ibu kita, ummahatul mu’minin yang sangat berhati-hati dalam menutup aurat.

Zuhud
Jama’ah taraweh yang berbahagia…
Di antara sifat yang menonjol pada diri para ummahatul mu’minin adalah sifat zuhud. Zuhud adalah membersihkan hati dari cinta dunia sehingga di matanya dunia menjadi tidak bernilai.
Seorang zahid memilih untuk hidup sederhana dan apa adanya, bahkan terkesan pas-pasan walaupun sesungguhnya ia mampu untuk hidup mewah. Orang yang berharta tapi memilih hidup sederhana dan sisa hartanya ia sedekahkan di jalan Allah, berarti orang ini bisa dikatakan zahid. Orang tidak berharta hidup pas-pasan, terpaksa memang karena tidak ada, miskin bukan zahid. Orang berharta hidup pas-pasan, tidak bersedekah, pelit bukan zahid. Zuhud adalah cara yang paling baik untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Di antara ayat-ayat al Qur’an yang mendorong kepada zuhud adalah QS. Al Qashshas: 60: “apa saja yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”
Bukti dari zuhud umahatul mu'minin adalah ketika mereka diberi pilihan antara dunia dengan keni’matannya dan hidup pas-pasan namun dekat dengan Allah dan Rasulnya, mereka memilih Allah dan Rasulnya. Mari kita lihat dari dekat peristiwa takhyir (proses memberi pilihan) melalui HR. Bukhori berikut: Jabir bin Abdullah berkata: suatu hari Abu Bakar meminta izin kepada Nabi untuk masuk rumahnya, tapi ia tidak diijinkan. Kemudian datang Umar, ia pun tidak diijinkan. Setelah beberapa saat barulah keduanya diizinkan masuk. Ketika keduanya masuk, Rasulullah tengah duduk, diam, dikelilingi oleh para istrinya. Umar berinisiatif untuk menghibur Rasullulah, maka iapun berkata: Ya Rasulullah, barusan Bintu Zaed (istri Umar) minta tambahan nafkah, langsung saja saya pukul lehernya. Mendengar itu Rasulullah tertawa seraya berkata: “Loh ini mereka yang ada di sekelilingku meminta hal yang sama seperti halnya istri kamu’. Mendengar itu serentak Abu Bakar dan Umar berjalan menuju putriya masing-masing hendak memukulnya, seraya berkata: kalian meminta sesuatu yang Rasululah tidak miliki? namun Rasulullah menghalangi keduanya, Kemudian turun ayat khiyar, Rasulullah memulai dari ‘Aisyah, Rasulullah berkata: “aku akan mengatakan sesuatu kepadamu, tapi kamu jangan terburu-buru mengambil keputusan sebelum bermusyawarah dengan kedua orang tuamu”. Aisyah bertanya: “apa gerangan ya Rasulullah?” Rasulullah membaca QS. Al Ahzab: 28-29, yang artinya: “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan kuberikan kepadamu mut'ah dan Aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” Mendengar itu ‘Aisyah berkata: Aku tidak perlu bermusyawarah dengan kedua orang tuaku untuk memilih Allah dan Rasulnya.” Akhirnya sebagaimana maklum para ummahatul mu’minin rela hidup pas-pasan dan memilih Allah dan Rasul-Nya.
Ibu-ibu yang dimuliakan oleh Allah…
Ahlaq seperti ini hanya akan terbentuk apabila ada teladan yang bisa diikuti. Teladan para ummahatul mu’minin adalah Rasulullah sendiri. Rasulullah sebagai pemimpin umat hidup sangat sederhana. Umar pernah menangis melihat keadaan Rasulullah yang tidur hanya beralaskan tikar, dan hanya memiliki segenggam gandum dan akar tumbuhan untuk makan. Rasulullah bertanya: “apa yang membuatmu menangis wahai Umar?” Umar menjawab: “Bagaimana aku tidak menangis melihat tikar berbekas di badanmu ya Rasulullah, dan melihat makananmu. Sementara Raja romawi dalam kemewahan.” Rasullah berkata: “Apakah kamu tidak rela apabila bagi mereka dunia, dan bagi kita akherat?”
Sebagaimana diriwayatkan ‘Aisyah, setiap Rasulullah masuk rumah, ia selalu berkata: “apabila seorang anak adam memiliki dua gunung harta maka ia akan menginginkan yang ketiga. Namun akhirnya ia kembali ke tanah. Sedangkan kita, kita hanya memerlukan harta agar bisa melaksanakan sholat dan mengeluarkan zakat.”

Gemar bersedekah
Hadirin Sidang taraweh yang berbahagia…
Sayyidah Khadijah sebelum menikah dengan Rasulullah adalah seorang janda kaya. Setelah menikah semua hartanya ia serahkan kepada Rasulullah untuk digunakan dalam dakwah Islam. Oleh karenanya salah satu pujian Rasulullah kepada sayyidah Khadijah ketika menanggapi kecemburuan Aisyah: “Ia (Khodijah) beriman kepadaku ketika semua orang mendustakanku, ia berikan hartanya padaku ketika orang lain berpaling dariku.” Para ummahatul mu’minin yang lain pun tak kalah sedekahnya dengan Khadijah. Sayyidah ‘Aisyah, sepeninggal Rasulullah, setiap kali diberi bagian oleh khalifah, langsung membagikannya kepada fakir miskin sampai tak tersisa seperakpun. Ketika sampai waktunya berbuka puasa, ia memanggil khodimahnya untuk membawa makanan berbuka, hanya roti dan minyak. Sahabiyat yang melihatnya berkata: “Ya ummul mu’minin jika tadi kamu sisakan uang yang dibagi-bagikan barang satu dirham, maka engkau bisa berbuka dengan daging.” Ummul mu’minin menjawab: “kenapa kamu tidak mengingatkanku tadi?” Subhanallah! Begitu besar perhatian ‘Aisyah terhadap kebutuhan kaum Muslim sampai ia lupa akan dirinya yang tengah berpuasa dan hanya memiliki roti dan minyak untuk berbuka.
Di antara ummahatul mu’minin juga ada yang dikenal sebagai ummu masakin (ibu kaum miskin), sayyidah Zainab bintu Khuzaimah, karena begitu besar perhatian dan pemberiannya kepada fakir miskin.
Demikian halnya dengan Zainab bint Jahsy, Rasulullah sendiri bersaksi atas kedermawanan Zainab bint Zahsy dalam sabdanya: “Yang paling cepat menyusul aku (wafat) adalah orang yang paling banyak sedekahnya.” Dan Zainab bintu Zahsy lah, istri Rasulullah yang pertama wafat setelah Rasulullah wafat. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ia bekerja dan hasilnya ia gunakan untuk bersedekah.
Sidang taraweh yang dimuliakan Allah…
Marilah kita sisipkan dalam do’a kita agar para pemimpin kita diberi Allah akhlaq seperti para ibunya, ummahatul mu’minin. Yang memikirkan kepentingan umat sehingga lupa dirinya tengah berpuasa dan tidak memiliki makanan untuk berbuka. Bukan sebaliknya mengedepankan kepentingan pribadi sehingga membuat umat terpaksa berpuasa.
Ibu-ibu, bapak-bapak dan adik-adik yang dimuliakan Allah…
Jangan takut sedekah mengurangi harta kita, karena Allah dalam sebuah hadits qudsi berfiman: "bersedekahlah, maka Aku akan bersedekah kepadamu." Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Setiap pagi ada dua malaikat turun ke bumi, salah satu di antaranya berkata: Ya Allah berilah orang yang bersedekah pengganti yang ia sedekahkan. Malaikat yang lain berkata: Ya Allah berilah orang yang pelit kerusakan dalam hartanya.”
Beberapa dalil di atas menegaskan, bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta kita malah bahkan akan mendapatkan yang lebih baik sebagai gantinya. Penggantinya bisa langsung kita dapatkan di dunia atau kelak di akhirat. Salah satu gambaran atas pengganti harta yang kita sedekahkan adalah apa yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah haditsnya –yang artinya-: "Barang siapa yang memberi pakaian kepada saudaranya Muslim maka Allah akan memberinya pakaian surga ketika yang lain tanpa pakaian. Dan barang siapa yang memberi makan saudaranya Muslim yang kelaparan , pada hari qiyamat Allah akan memberinya makan buah-buahan surga. Dan barang siapa yang memberi minum saudaranya Muslim yang kehausan, pada hari qiyamat Allah akan memberinya minuman surga."
Adapun gambaran pengganti yang diberikan Allah di dunia adalah apa yang terjadi pada kisah sayyidinan Ali -karamallahu wajhah-
Special untuk ibu-ibu saya ingin mengutip hadits Rasulullah yang artinya: “Wahai kaum wanita bersedekahlah walaupun kalian harus menjual perhiasan kalian, sesungguhnya aku melihat kebanyakan ahli neraka adalah wanita.” Dalam hadits ini Rasullah menegaskan bahwa sedekah bisa membebaskan kita dari api neraka.

Lapang dada (tidak dengki)
Hadirin, sidang taraweh yang dimuliakan Allah….
Cemburu adalah fitrah manusia. Jadi dapat dibayangkan bagaimana kehidupan para ummahatul mu’minin di rumah nabawi, yang tentu saja tidak terlepas dari rasa cemburu. Namun sifat cemburu ini tidak membuat mereka keluar dari aturan syari’ah, dalam artian para ummahatul muminin bisa memenej cemburu mereka sehingga tidak membuat mereka melakukan sifat tidak terpuji. Dengki misalnya, tidak senang melihat orang senang, sebaliknya senang melihat orang susah. Sayyidah Aisyah misalnya dengan terang-terangan mengakui bahwa ia sangat cemburu kepada sayyidah Khodijah karena seringnya Rasulullah memuji-mujinya walapun beliau sudah lama wafat. Tapi coba kita buka kitab-kitab hadits, siapa yang meriwayatkan kisah-kisah kepahlawanan Khodijah dalam dakwah Islam? Sayyidah Aisyah, hal ini sebagai bukti tidak ada sedikitpun perasaan dengki terhadap khodijah.
Contoh lain: sayidah Zainab bin Jahsy, seperti halnya istri Rasul yang lain cemburu dengan kedekatan Aisyah dan Rasulullah, hingga ia pernah menjadi duta para istri Rasul untuk meminta Rasul agar bersikap adil di antara mereka dan ‘Aisyah, yang berujung dengan perang mulut antara Zainab bint Jahsy dan ‘Aisyah. Namun ketika Rasulullah bertanya kepada Zainab bint Zahsy tentang prilaku Aisyah ketika berkobar hadits al ifki. Zainab bin Zahsy menjawab dengan tegas: “Demi Allah, hanya kebaikan yang aku tahu darinya.”
Hadirin bisa bayangkan? Betapa besar jiwa ibu kita ini, mengakui kelebihan saingannya ketika ia memiliki kesempatan emas untuk menjatuhkannya? bagaimana dengan kita? Ketika kawan kita -yang kebetulan saingan kita dalam berkreatifas- difitnah, bisakah kita berlapang dada turut membersihkan nama baiknya, sebagaimanan dicontohkan ibu kita? Atau sebaliknya menggunakan kesempatan ini untuk menendang kawan kita dengan kebohongan yang timbul dari rasa dengki.

Jama’ah taraweh yang berbahagia
Bahaya dengki dengan jelas dapat kita fahami dalam perintah Allah kepada Rasulullah untuk beristi’adzah dari kejahatan orang yang dengki (QS. Al Falaq: 5). Oleh karenanya Rasulullah memperingatkan bahaya dengki dalam salah satu haditsnya: “Hati-hati terhadap kedengkian, ia membakar kebaikan sebagaimana api membakar kayu. Karena dengki bisa menimbulkan penyakit yang lain, seperti ghibah. Orang yang iri atau dengki akan berusaha untuk menjatuhkan orang yang membuatnya iri. Salah satunya dengan berghibah. Bahkan jika sudah kronis bisa meningkat ke fase selanjutnya yaitu fitnah.
Marilah mulai saat ini kita budayakan sifat lapang dada sebagaimana diajarkan oleh para ummahatul mu’minin, ridho dengan apa yang menjadi bagian kita dari Allah, sabar dengan cobaanyang Allah berikan dan mensyukuri nikmat Allah. Untuk itu kita harus tepat dalam mencari bandingan kita. Kita selalu melihat ke atas. Padahal semakin kita melihat ke atas kita akan semakin merasa kurang, maka kita akan menderita bukan karenan kekurangan, tapi karena salah melihat pembanding. Misalnya kita punya tv 21 inch, teman kita punya 29 inch, tentu saja gambarnay lebih bagus dan jelas. Kalau kita tidak ridho dan mensyukuri nikmat yang ada maka tidak mustahil akan timbul rasa dengki. Oleh karenanya untuk menghindari rasa dengki ini kita harus memilih pembanding yang tepat agar timbul rasa ridho dan syukur. Alhamdulillah kita punya tv 21 inch, si fulanah cuman punya yang 14 inch masih hitam putih lagi.

Jama’ah taraweh yang berbahagia…
Perlu dibedakan antara dengki dengan sekedar keinginan memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain. Sekedar keinginan untuk mendapatkan nikmat seperti nikmat saudara kita tidak dilarang jika tidak mengurangi keridhoan dan syukur kita kepada Allah. Bahkan yang kita inginkan adalah nikmat ilmu dan ibadah, hal ini sangat terpuji. Dalam bahasa Arab sikap ini disebut: “ghabthah” Seperti misalnya kapan ya saya bisa dapat gelar Prof kayak pak dubes? Kapan ya saya bisa bagi-bagi doorprize buat mahasiswa seperti halnya pak Yuhas?

Khatimah
Demikianlah sebagian kecil dari sekian banyak keutamaan para ummahatul mu’minin. Dengan semangat Ramadlan marilah kita bersama-sama bercermin pada sikap dan perilaku para ibu kita, guna mencapai gelar Muslim Muslimah sejati. Wallahu a’lam bishshowwab.

Mesjid Indonesia Cairo, Ramadhan 1426

Tidak ada komentar: