Kamis, 15 Januari 2009

Meneladani Ummahatul Mu’minin:

Upaya menuju Muslim Muslimah sejati

Mukaddimah
Alhamdulillah kita masih diberi nikmat oleh Allah, kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadlan, Syahrullah, syahrul qur’an, syahrunnajah. Bulan dimana Allah menjanjikan sepertiga pertamanya merupakan rahmat, sepertiga keduanya maghfirah dan sepertiga terakhir bebas dari api neraka. Bulan dimana Allah mengadakan diskon besar-besaran bagi hambanya, sehingga amal kebaikan dibalas 70 kali lipat. Bulan dimana di dalamnya ada lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, di mana pada malam tersebut al qur’an diturunkan pertama kali kepada Rasulullah. Bulan dimana pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup dan syeitan-syeitan dibelenggu. Bulan dimana berlangsung di dalamnya moment-moment besar dalam sejarah Islam, perang Badar, Fathu makkah, dan ekspansi Andalus berlangsung dalam bulan Ramadlan. Begitu banyak keistimewaan bulan Ramadlan, sehingga Rasulullah bersabda: “Andai manusia tahu begitu banyak keutamaan bulan Ramadlan, niscaya mereka akan berharap sepanjang tahun adalah Ramadlan.”

Jama’ah taraweh yang dimuliakan Allah…
Sesuai dengan permintaan Panitia, pada kesempatan ini kita akan berbagi ilmu dan sharing informasi mengenai akhlak para istri Rasulullah SAW, Ummahatul Mu’minin.
Mereka bukan sembarang wanita, mereka adalah wanita pilihan Allah. Dalam QS. Al Ahzab: 32, Allah berfirman: “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain”. Oleh karenanya marilah dalam 15 menit ke depan, bersama-sama kita melihat lebih dekat para ibu kita sehingga kita bisa meneladani mereka, mudah-mudahan dengan demikian kita dapat bersama mereka di surga yang sudah Allah janjikan untuk mereka.

Taat dalam ibadah dan melaksanakan perintah Allah
Jama’ah taraweh yang berbahagia….
Ummahatul Mu’minin adalah teladan bagi kaum Muslim dalam beribadah. Lihat saja sayidah ‘Aisyah, beberapa riwayat menegaskan bahwa ia berpuasa sepanjang tahun kecuali di hari Ied. Ia tidak pernah meninggalkan sholat malam dan sholat dhuha. Demikian juga dengan Ummuna Hafshoh, cukup sebagai bukti kesaksian Jibril terhadapnya, “Sesungguhnya ia (Hafshoh) selalu puasa dan melaksanakan sholat malam.” Apa yang dilakukan Ummuna Zainab binti Jahsy sangat unik, agar dia bisa melakukan sholat sepanjang malam ia bentangkan tali di antara dua tiang, agar saat kelelahan ia bisa berpegangan kepada tali tersebut. Ketika Rasulullah mengetahuinya, ia bersabda: “Barang siapa yang hendak sholat, maka sholatlah sesuai kemampuannya, apabila lelah berdiri maka duduklah.”
Selain ibadah yang sifatnya ritual, para ummahatul mu’minin juga sangat detail dan hati-hati dalam melaksanakan perintah Allah. Dalam menutup aurat misalnya, sayidah Hafshoh segera menggunakan jilbabnya, ketika Rasulullah mendatanginya setelah menjatuhkan talak satu. Karena jika Rasulullah tidak merujuknya, maka Rasulullah adalah orang asing (ajnabi)baginya.
Demikian pula dengan Sayyidah ‘Aisyah, setelah Umar bin Khattab wafat dan dikuburkan di dalam kamarnya di sisi makam Rasulullah dan Abu Bakar, ia tidak pernah lagi melepaskan pakaiannya di kamar tersebut. Mengapa? karena ia malu terhadap Umar yang bukan muhrimnya, padahal Umar telah mati.
Berbeda dengan wanita zaman sekarang, jangankan dengan seonggok mayat, dengan orang yang masih hiduppun tidak ada malunya. Bahkan merasa bangga apabila keelokan tubuhnya dapat dinikmati mahluk lain jenis. Ironisnya, banyak sekali di antara saudari seiman kita yang salah kaprah dalam mengiplementasikan perintah Allah dalam menutup aurat; beramai-ramai menutup rambut dengan jilbab, sementara dengan gerakan sedikit saja puser jadi terlihat. Berjilbab, tapi setiap lekukan tubuh tercetak nyata di balik baju ketatnya. Padahal Rasulullah saw. tegas-tegas bersabda: “Sesungguhnya di antara ahli neraka adalah wanita yang berpakaian tapi sebenarnya mereka telanjang. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan pula mencium baunya, padahal baunya tercium dari jarak yang sangat jauh.”
Oleh karena itu Saudari-saudariku, berhati-hatilah dalam memilih pakaian. Silakan ikuti mode terkini, tapi jangan melupakan batasan-batasan syar’i. Marilah kita tauladani para ibu kita, ummahatul mu’minin yang sangat berhati-hati dalam menutup aurat.

Zuhud
Jama’ah taraweh yang berbahagia…
Di antara sifat yang menonjol pada diri para ummahatul mu’minin adalah sifat zuhud. Zuhud adalah membersihkan hati dari cinta dunia sehingga di matanya dunia menjadi tidak bernilai.
Seorang zahid memilih untuk hidup sederhana dan apa adanya, bahkan terkesan pas-pasan walaupun sesungguhnya ia mampu untuk hidup mewah. Orang yang berharta tapi memilih hidup sederhana dan sisa hartanya ia sedekahkan di jalan Allah, berarti orang ini bisa dikatakan zahid. Orang tidak berharta hidup pas-pasan, terpaksa memang karena tidak ada, miskin bukan zahid. Orang berharta hidup pas-pasan, tidak bersedekah, pelit bukan zahid. Zuhud adalah cara yang paling baik untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Di antara ayat-ayat al Qur’an yang mendorong kepada zuhud adalah QS. Al Qashshas: 60: “apa saja yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”
Bukti dari zuhud umahatul mu'minin adalah ketika mereka diberi pilihan antara dunia dengan keni’matannya dan hidup pas-pasan namun dekat dengan Allah dan Rasulnya, mereka memilih Allah dan Rasulnya. Mari kita lihat dari dekat peristiwa takhyir (proses memberi pilihan) melalui HR. Bukhori berikut: Jabir bin Abdullah berkata: suatu hari Abu Bakar meminta izin kepada Nabi untuk masuk rumahnya, tapi ia tidak diijinkan. Kemudian datang Umar, ia pun tidak diijinkan. Setelah beberapa saat barulah keduanya diizinkan masuk. Ketika keduanya masuk, Rasulullah tengah duduk, diam, dikelilingi oleh para istrinya. Umar berinisiatif untuk menghibur Rasullulah, maka iapun berkata: Ya Rasulullah, barusan Bintu Zaed (istri Umar) minta tambahan nafkah, langsung saja saya pukul lehernya. Mendengar itu Rasulullah tertawa seraya berkata: “Loh ini mereka yang ada di sekelilingku meminta hal yang sama seperti halnya istri kamu’. Mendengar itu serentak Abu Bakar dan Umar berjalan menuju putriya masing-masing hendak memukulnya, seraya berkata: kalian meminta sesuatu yang Rasululah tidak miliki? namun Rasulullah menghalangi keduanya, Kemudian turun ayat khiyar, Rasulullah memulai dari ‘Aisyah, Rasulullah berkata: “aku akan mengatakan sesuatu kepadamu, tapi kamu jangan terburu-buru mengambil keputusan sebelum bermusyawarah dengan kedua orang tuamu”. Aisyah bertanya: “apa gerangan ya Rasulullah?” Rasulullah membaca QS. Al Ahzab: 28-29, yang artinya: “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka akan kuberikan kepadamu mut'ah dan Aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” Mendengar itu ‘Aisyah berkata: Aku tidak perlu bermusyawarah dengan kedua orang tuaku untuk memilih Allah dan Rasulnya.” Akhirnya sebagaimana maklum para ummahatul mu’minin rela hidup pas-pasan dan memilih Allah dan Rasul-Nya.
Ibu-ibu yang dimuliakan oleh Allah…
Ahlaq seperti ini hanya akan terbentuk apabila ada teladan yang bisa diikuti. Teladan para ummahatul mu’minin adalah Rasulullah sendiri. Rasulullah sebagai pemimpin umat hidup sangat sederhana. Umar pernah menangis melihat keadaan Rasulullah yang tidur hanya beralaskan tikar, dan hanya memiliki segenggam gandum dan akar tumbuhan untuk makan. Rasulullah bertanya: “apa yang membuatmu menangis wahai Umar?” Umar menjawab: “Bagaimana aku tidak menangis melihat tikar berbekas di badanmu ya Rasulullah, dan melihat makananmu. Sementara Raja romawi dalam kemewahan.” Rasullah berkata: “Apakah kamu tidak rela apabila bagi mereka dunia, dan bagi kita akherat?”
Sebagaimana diriwayatkan ‘Aisyah, setiap Rasulullah masuk rumah, ia selalu berkata: “apabila seorang anak adam memiliki dua gunung harta maka ia akan menginginkan yang ketiga. Namun akhirnya ia kembali ke tanah. Sedangkan kita, kita hanya memerlukan harta agar bisa melaksanakan sholat dan mengeluarkan zakat.”

Gemar bersedekah
Hadirin Sidang taraweh yang berbahagia…
Sayyidah Khadijah sebelum menikah dengan Rasulullah adalah seorang janda kaya. Setelah menikah semua hartanya ia serahkan kepada Rasulullah untuk digunakan dalam dakwah Islam. Oleh karenanya salah satu pujian Rasulullah kepada sayyidah Khadijah ketika menanggapi kecemburuan Aisyah: “Ia (Khodijah) beriman kepadaku ketika semua orang mendustakanku, ia berikan hartanya padaku ketika orang lain berpaling dariku.” Para ummahatul mu’minin yang lain pun tak kalah sedekahnya dengan Khadijah. Sayyidah ‘Aisyah, sepeninggal Rasulullah, setiap kali diberi bagian oleh khalifah, langsung membagikannya kepada fakir miskin sampai tak tersisa seperakpun. Ketika sampai waktunya berbuka puasa, ia memanggil khodimahnya untuk membawa makanan berbuka, hanya roti dan minyak. Sahabiyat yang melihatnya berkata: “Ya ummul mu’minin jika tadi kamu sisakan uang yang dibagi-bagikan barang satu dirham, maka engkau bisa berbuka dengan daging.” Ummul mu’minin menjawab: “kenapa kamu tidak mengingatkanku tadi?” Subhanallah! Begitu besar perhatian ‘Aisyah terhadap kebutuhan kaum Muslim sampai ia lupa akan dirinya yang tengah berpuasa dan hanya memiliki roti dan minyak untuk berbuka.
Di antara ummahatul mu’minin juga ada yang dikenal sebagai ummu masakin (ibu kaum miskin), sayyidah Zainab bintu Khuzaimah, karena begitu besar perhatian dan pemberiannya kepada fakir miskin.
Demikian halnya dengan Zainab bint Jahsy, Rasulullah sendiri bersaksi atas kedermawanan Zainab bint Zahsy dalam sabdanya: “Yang paling cepat menyusul aku (wafat) adalah orang yang paling banyak sedekahnya.” Dan Zainab bintu Zahsy lah, istri Rasulullah yang pertama wafat setelah Rasulullah wafat. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa ia bekerja dan hasilnya ia gunakan untuk bersedekah.
Sidang taraweh yang dimuliakan Allah…
Marilah kita sisipkan dalam do’a kita agar para pemimpin kita diberi Allah akhlaq seperti para ibunya, ummahatul mu’minin. Yang memikirkan kepentingan umat sehingga lupa dirinya tengah berpuasa dan tidak memiliki makanan untuk berbuka. Bukan sebaliknya mengedepankan kepentingan pribadi sehingga membuat umat terpaksa berpuasa.
Ibu-ibu, bapak-bapak dan adik-adik yang dimuliakan Allah…
Jangan takut sedekah mengurangi harta kita, karena Allah dalam sebuah hadits qudsi berfiman: "bersedekahlah, maka Aku akan bersedekah kepadamu." Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Setiap pagi ada dua malaikat turun ke bumi, salah satu di antaranya berkata: Ya Allah berilah orang yang bersedekah pengganti yang ia sedekahkan. Malaikat yang lain berkata: Ya Allah berilah orang yang pelit kerusakan dalam hartanya.”
Beberapa dalil di atas menegaskan, bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta kita malah bahkan akan mendapatkan yang lebih baik sebagai gantinya. Penggantinya bisa langsung kita dapatkan di dunia atau kelak di akhirat. Salah satu gambaran atas pengganti harta yang kita sedekahkan adalah apa yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah haditsnya –yang artinya-: "Barang siapa yang memberi pakaian kepada saudaranya Muslim maka Allah akan memberinya pakaian surga ketika yang lain tanpa pakaian. Dan barang siapa yang memberi makan saudaranya Muslim yang kelaparan , pada hari qiyamat Allah akan memberinya makan buah-buahan surga. Dan barang siapa yang memberi minum saudaranya Muslim yang kehausan, pada hari qiyamat Allah akan memberinya minuman surga."
Adapun gambaran pengganti yang diberikan Allah di dunia adalah apa yang terjadi pada kisah sayyidinan Ali -karamallahu wajhah-
Special untuk ibu-ibu saya ingin mengutip hadits Rasulullah yang artinya: “Wahai kaum wanita bersedekahlah walaupun kalian harus menjual perhiasan kalian, sesungguhnya aku melihat kebanyakan ahli neraka adalah wanita.” Dalam hadits ini Rasullah menegaskan bahwa sedekah bisa membebaskan kita dari api neraka.

Lapang dada (tidak dengki)
Hadirin, sidang taraweh yang dimuliakan Allah….
Cemburu adalah fitrah manusia. Jadi dapat dibayangkan bagaimana kehidupan para ummahatul mu’minin di rumah nabawi, yang tentu saja tidak terlepas dari rasa cemburu. Namun sifat cemburu ini tidak membuat mereka keluar dari aturan syari’ah, dalam artian para ummahatul muminin bisa memenej cemburu mereka sehingga tidak membuat mereka melakukan sifat tidak terpuji. Dengki misalnya, tidak senang melihat orang senang, sebaliknya senang melihat orang susah. Sayyidah Aisyah misalnya dengan terang-terangan mengakui bahwa ia sangat cemburu kepada sayyidah Khodijah karena seringnya Rasulullah memuji-mujinya walapun beliau sudah lama wafat. Tapi coba kita buka kitab-kitab hadits, siapa yang meriwayatkan kisah-kisah kepahlawanan Khodijah dalam dakwah Islam? Sayyidah Aisyah, hal ini sebagai bukti tidak ada sedikitpun perasaan dengki terhadap khodijah.
Contoh lain: sayidah Zainab bin Jahsy, seperti halnya istri Rasul yang lain cemburu dengan kedekatan Aisyah dan Rasulullah, hingga ia pernah menjadi duta para istri Rasul untuk meminta Rasul agar bersikap adil di antara mereka dan ‘Aisyah, yang berujung dengan perang mulut antara Zainab bint Jahsy dan ‘Aisyah. Namun ketika Rasulullah bertanya kepada Zainab bint Zahsy tentang prilaku Aisyah ketika berkobar hadits al ifki. Zainab bin Zahsy menjawab dengan tegas: “Demi Allah, hanya kebaikan yang aku tahu darinya.”
Hadirin bisa bayangkan? Betapa besar jiwa ibu kita ini, mengakui kelebihan saingannya ketika ia memiliki kesempatan emas untuk menjatuhkannya? bagaimana dengan kita? Ketika kawan kita -yang kebetulan saingan kita dalam berkreatifas- difitnah, bisakah kita berlapang dada turut membersihkan nama baiknya, sebagaimanan dicontohkan ibu kita? Atau sebaliknya menggunakan kesempatan ini untuk menendang kawan kita dengan kebohongan yang timbul dari rasa dengki.

Jama’ah taraweh yang berbahagia
Bahaya dengki dengan jelas dapat kita fahami dalam perintah Allah kepada Rasulullah untuk beristi’adzah dari kejahatan orang yang dengki (QS. Al Falaq: 5). Oleh karenanya Rasulullah memperingatkan bahaya dengki dalam salah satu haditsnya: “Hati-hati terhadap kedengkian, ia membakar kebaikan sebagaimana api membakar kayu. Karena dengki bisa menimbulkan penyakit yang lain, seperti ghibah. Orang yang iri atau dengki akan berusaha untuk menjatuhkan orang yang membuatnya iri. Salah satunya dengan berghibah. Bahkan jika sudah kronis bisa meningkat ke fase selanjutnya yaitu fitnah.
Marilah mulai saat ini kita budayakan sifat lapang dada sebagaimana diajarkan oleh para ummahatul mu’minin, ridho dengan apa yang menjadi bagian kita dari Allah, sabar dengan cobaanyang Allah berikan dan mensyukuri nikmat Allah. Untuk itu kita harus tepat dalam mencari bandingan kita. Kita selalu melihat ke atas. Padahal semakin kita melihat ke atas kita akan semakin merasa kurang, maka kita akan menderita bukan karenan kekurangan, tapi karena salah melihat pembanding. Misalnya kita punya tv 21 inch, teman kita punya 29 inch, tentu saja gambarnay lebih bagus dan jelas. Kalau kita tidak ridho dan mensyukuri nikmat yang ada maka tidak mustahil akan timbul rasa dengki. Oleh karenanya untuk menghindari rasa dengki ini kita harus memilih pembanding yang tepat agar timbul rasa ridho dan syukur. Alhamdulillah kita punya tv 21 inch, si fulanah cuman punya yang 14 inch masih hitam putih lagi.

Jama’ah taraweh yang berbahagia…
Perlu dibedakan antara dengki dengan sekedar keinginan memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain. Sekedar keinginan untuk mendapatkan nikmat seperti nikmat saudara kita tidak dilarang jika tidak mengurangi keridhoan dan syukur kita kepada Allah. Bahkan yang kita inginkan adalah nikmat ilmu dan ibadah, hal ini sangat terpuji. Dalam bahasa Arab sikap ini disebut: “ghabthah” Seperti misalnya kapan ya saya bisa dapat gelar Prof kayak pak dubes? Kapan ya saya bisa bagi-bagi doorprize buat mahasiswa seperti halnya pak Yuhas?

Khatimah
Demikianlah sebagian kecil dari sekian banyak keutamaan para ummahatul mu’minin. Dengan semangat Ramadlan marilah kita bersama-sama bercermin pada sikap dan perilaku para ibu kita, guna mencapai gelar Muslim Muslimah sejati. Wallahu a’lam bishshowwab.

Mesjid Indonesia Cairo, Ramadhan 1426

Minggu, 07 Desember 2008

FATIMAH AZ ZAHRA; TELADAN SETIAP MUSLIMAH


MUKADDIMAH

Seorang Muslimah yang tidak mengenal dan mencintai Fatimah Az Zahra putri Rasulullah, harus dipertanyakan keimanannya. Bagaimana tidak Az Zahra adalah putri yang sangat dicintai dan mencintai Rasulullah. Oleh karenanya sering keluar dari lisan Rasulullah kata kata yang mengandung arti bahwa apa yang membuat Fatimah marah otomatis membuat beliau marah. Bahkan pada akhir hayatnya Rasulullah sempat membisiki Az Zahra bahwa ia pemimpin wanita ahli surga. Tapi siapa sangka apabila kehidupan sang putri diwarnai oleh kesengsaraan. Kesabaran dan keridhoannya dalam menerima apa yang diberikan Allah lah yang membuat ia pantas menyandang gelar wanita terbaik.

Maka tak ada salahnya, apabila pada kesempatan ini kita mengenang kembali Az Zahra, dengan harapan bisa menjadi motivasi bagi kita untuk memperbaiki diri.

Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah SAW.

Fatimah Az Zahra adalah anak perempuan ke empat pasangan Rasulullah dan Ummul mu'minin Khadijah. (Rasulullah dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Fatimah dilahirkan ketika kaum quraisy merenovasi ka'bah (pada saat itu Rasulullah yang dikenal dengan julukan Al Amin –orang yang dipercaya-berhasil menggagalkan peperangan antara kelompok quraisy).Tepatnya 20 jumadil akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun wahyu kepada rasulullah).

Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwasanya Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah (kelak setelah lahirnya Hasan bin Abi Thalib bin Fatimah bin Muhammad, Hasanlah orang yang paling mirip dengan Rasulullah), di antaranya adalah apa yang dikatakan 'Aisyah: "Tidak ada yang mirip Rasulullah dalam cara berjalan dan bertutur kata kecuali Fatimah", Dalam riwayat lain Ummul Mu'minin Ummu Salamah mengatakan: "Fatimah bintu Rasulillah adalah orang yang paling mirip wajahnya dengan Rasulullah." Hal ini ditegaskan oleh Anas bin Malik dalam salah satu riwayatnya: "Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah, kulitnya putih dan berambut hitam."

Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya,berkilau. Ulama berbeda pendapat dalam sebab dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan karena Fatimah adalah bunga Rasulullah, yang lain mengatakan karena fatimah berkulit putih, pendapat ketiga mengatakan karena apabila fatimah beribadah dalam mihrabnya (musholah) maka cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit seperti halnya cahaya bintang menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az Zahra, fatimah mendapat julukan Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah, Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah.

Di samping julukan-julukan di atas, Fatimah mendapat julukan Al butul, sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan tersebut. Yang dimaksud dengan al butul di sini adalah memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada Allah.

Julukan yang tidak kurang istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah julukan ibu dari bapaknya "ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan ini dengan berbagai penafsiran di antaranya:
1. Fatimah adalah anak bungsu Rasulullah SAW. Dan ialah satu-satunya anak Rasulullah yang tinggal bersama Rasulullah setelah Khadijah wafat. Maka ialah yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Rasulullah SAW. Oleh karena itu Fatimah dijuluki "ummu abiha".
2. Dijuluki "ummu abiha", karena Rasulullah melalui wahyu sudah mengetaui bahwa hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya.
3. Dijuluki Rasulullah "ummu abiha", karena sama namanya denagn ibu asuh Rasulullah Fatimah binti Asad.

Fatimah Az Zahra, anak teladan

Tak sedikit riwayat yang menegaskan keistimewaan Fatimah di hati Rasulullah, di antaranya adalah riwayat yang menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya untuk memeluk Islam, dalam khutbahnya yang masyhur Rasulullah memilih Fatimah di antara putri-putrinya yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah binti Muhammad mintalah padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika Rasulullah mendengar kaum Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan karena yang melakukan pencurian berasal dari pembesar Quraisy, Rasulullah menyatakan statemennya yang spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu dekatnya fatimah di hati Rasulullah SAW.

Apakah dengan demikian Fatimah menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak ada waktu bagi seorang putri Rasulullah untuk bermanja, bayangkan di usianya yang baru menginjak 12 tahun Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal dengan embargo ekonomi dan sosial kaum quraisy terhadap kaum Muslimin. Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan yang sangat dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk mempertahankan aqidahnya.

Belum lagi ia menikmati berakhirnya embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia harus kehilangan kakek yang dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya, Rasulullah. Yang menambah kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan musyrik menolak untuk masuk Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil Fatimah, tak lama kemudian ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta. Setelah puas menangis dengan penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya dalam menyiapkan segala keperluan Rasulullah SAW.

Walaupun Fatimah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus segala keperluan Rasulullah, tapi ia menyadari bahwa Rasulullah memerlukan pendamping, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karenanya ketika Rasulullah menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW.

Fatimah, sebagaimana disinggung di atas adalah anak kesayangan Rasulullah, sering Rasulullah mengatakan bahwa: "Fatimah adalah bagian dariku, apa yang membuatnya marah maka membuatku marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad, Hakim). Demikian sebaliknya,sebagai anak berbakti Fatimah selalu berusaha untuk melakukan apa yang membuat ayahnya senang. Pernah suatu hari Fatimah berkunjung ke rumah ayahnya, Rasulullah, ketika itu ia memakai seuntai kalung emas –hanya seuntai kalung sementara wanita yang lain waktu itu memakai jauh lebih banyak darinya- ia tidak tahu kalau hal itu akan membuat Rasulullah marah. Ketika keduanya tengah bercengkrama, pandangan Rasulullah tertuju pada kalung yang dikenakan Fatimah. Air muka Rasulullah langsung berubah dan beliau langsung membisu. Fatimah mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia berfikir dan menyimpulkan bahwa Rasulullah marah kepadanya karena ia mengenakan kalung emas, Fatimah memutuskan untuk menjual kalung tersebut dan asil penjualannya akan ia belikan seorang budak untuk membantu pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di rumahnya akan selalu mengingatkan Rasulullah SAW. Bahwa itu hasil penjualan kalung emas yang menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho ayahnya ia memutuskan untuk membeli budak dengan hasil penjualan kalung dan membebaskan budak tersebut.

Setelah itu pergilah Az Zahra mengunjungi Rasulullah, Rasulullah langsung mencari-cari kalung yang dikenakan Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi ia tidak menemukannya. Belum sempat Rasulullah bertanya, Fatimah mendahului menjelaskan apa yang ia lakukan dengan kalungnya. Wajah Rasulullah langsung berubah cerah dan sumringah setelah mendengar apa yang dituturkan Fatimah. Maka keluarlah ucapan Rasulullah untuk Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-betul anak bapakmu."

Demikianlah, Fatimah Az Zahra sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan karena haram baginya, ia tahu mubah hukumnya bagi wanita mengenakan perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui ayahnya tidak menyukainya, maka ia rela meninggalkannya.

Fatimah Az Zahra, istri teladan

Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu setelah Rasulullah menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing, ia adalah anak paman Rasulullah, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Rasulullah sebagai balas jasa Rasulullah terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Rasulullah dengan halus. Setelah penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Rasulullah untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara halus. Rasulullah hanya menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali menemui Rasulullah, kali ini dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah Rasulullah ia menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Rasulullah, dengan Ali, pemuda faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia Fatimah 18 tahun.

Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Rasulullah mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Rasulullah guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Rasulullah ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Rasulullah, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Rasulullah untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Rasulullah tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Rasulullah sebagai seorang ayah. Malamnya Rasulullah mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Rasulullah." Rasulullah berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."

Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Rasulullah ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati.

Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Rasulullah berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."

Demikianlah Fatimah, putri Rasulullah dengan sabar dan qana'ah dan penuh keridhoan, ia jalani kehidupan rumah tangganya dengan Ali. Maka tak mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah ketika Ali berniat akan menikah dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa wanita yang akan dinikahi Ali, yaitu; putri dari musuh Allah Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jahal.

Adapun Ali, tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati Rasulullah SAW. Dalam pandangannya selama ini, Rasulullah tidak membeda-bedakan antara putrinya dengan yang lain. Buktinya Rasulullah pernah berkata bahwa apabila Fatimah mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang lain. Berarti sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian halnya dengan Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah dengan apa yang diniatkan Ali, demikian halnya Rasulullah. Rasulullah naik ke mimbar dan berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak perempuan bani Hisayam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan mengharamkan yang halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Rasulullah dan putri musuh Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati Rasulullah, sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan kekhususan Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia mengenakan perhiasan.

Az Zahra memiliki dua orang putra, Hasan dan Husein. Dan dua orang putri: Ummu Kultsum dan Zeinab.

KHATIMAH

Demikianlah kehidupan Az Zahra, putri Rasulullah SAW. Pemimpin wanita di surga. Sedikitpun ia tidak mengenal kemewahan, bahkan mengenakan seuntai kalung saja menjadi pantangan. Dari segi materi keluarga Fatimah dan Ali bisa dikatakan sangat minim -apabila tidak boleh dikatakan kekurangan-, tapi apabila kita lihat dari sisi lain keluarga Fatimah dan Ali lah yang paling berkah di antara keluarga putri-putri Rasul yang lain. Bagaimana tidak? Hanya keturunan merekalah yang masih berlanjut hingga kini.

Diantara keistimewaan Az Zahra adalah ia wafat 6 bulan setelah Rasulullah wafat, sementara putra-putri Rasulullah yang lain wafat sebelum Rasulullah. Az Zahra wafat pada usia 28 tahun dan dikuburkan di Baqi'.

Hanya ini yang bisa saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan. Teriring do'a semoga kita dapat menjadikan Az Zahra sebagai teladan.